“Mendidik bukan pertama-tama urusan membuat murid pintar pelajaran matematika atau ekonomi tetapi urusan kesetiaan menemani murid untuk menghasrati api yang luhur dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan hidup yang luhur. Kesetiaan mendampingi murid untuk mencapai keluhuran itulah ‘jalan guru.’ Buku ini berkisah tentang ‘jalan guru’ itu.”
Kalimat di atas adalah petikan dari endorsement dosen dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Dryarkara, Dr. B. Herry Priyono untuk buku 8 Etos Keguruan karya Jansen Sinamo. Dan bagi pembaca yang bertanya-tanya dan penasaran ingin mengetahui apa saja isi buku ini, petikan di atas telah dengan tepat menunjukkan kedudukan buku ini dalam dunia keguruan secara khusus dan di dunia pendidikan pada umumnya.
Seperti judulnya, buku ini secara fokus dan komprehensif membicarakan etos kerja para guru, yakni etos bagi semua orang yang memilih dan menekuni pekerjaan dalam rumpun keguruan. Itu berarti menyangkut pekerjaan dari tak kurang tiga juta orang di negeri ini, yang mencari nafkah sekaligus mengabdikan keahliannya sebagai profesor, dosen, pengajar, pamong belajar, guru, pendidik, pelatih, penatar, penceramah dan predikat lain dalam dunia keguruan.
Etos kerja sendiri dirumuskan sebagai semangat, pola pikir dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan berkualitas. Dengan demikian etos Keguruan dapat dimaknai sebagai semangat khas yang menjadi vitalitas kerja, kegembiraan hati yang menjadi semangat kerja dan gairah batin yang menjadi stamina kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Penulis buku ini berpendapat membangun etos keguruan adalah upaya untuk memperkuat karakter para guru. Sebab, ibarat otot, karakter akan memadat dengan semakin kokohnya perilaku karena terus-menerus digunakan secara tekun dan bertujuan.
Diawali dengan pendalaman akan pengertian etos, lalu dilanjutkan dengan survei persepsi masyarakat tentang guru, penulis kemudian mengelaborasi dan mengetengahkan perumusannya tentang apa yang dinamainya etos keguruan. Dan bila diringkaskan etos keguruan tersebut terhimpun dalam delapan kredo:
1. Keguruan adalah rahmat, aku mengajar dengan ikhlas penuh syukur.
2. Keguruan adalah amanah, aku mengajar dengan benar dan penuh tanggung jawab.
3. Keguruan adalah panggilan, aku mengajar tuntas penuh integritas.
4. Keguruan adalah aktualisasi, aku mengajar dengan serius penuh semangat.
5. Keguruan adalah ibadah, aku mengajar dengan cinta penuh dedikasi.
6. Keguruan adalah seni, aku mengajar dengan cerdas penuh kreativitas.
7. Keguruan adalah kehormatan, aku mengajar dengan tekun penuh keunggulan
8. Keguruan adalah pelayanan, aku mengajar sebaik-baiknya penuh kerendahan hati.
Buku ini ditulis dengan gaya bertutur yang mengalir. Penjelasan-penjelasannya merupakan perpaduan antara elaborasi konsep dengan kisah-kisah inspiratif tentang tokoh-tokoh keguruan yang patut diteladani. Tak ketinggalan pula pemanfaatan dunia internet lewat jejaring sosial facebook untuk menghimpun opini dan gagasan masyarakat yang kemudian digunakan memperkaya isi buku ini.
Buku ini akan menjangkau pembacanya melalui jalur distribusi yang unik. Buku ini tidak dijual di toko buku melainkan hanya dapat diperoleh di Institut Darma Mahardika, Jl Pulogebang Permai Blok G 11/12 Jakarta, 13950; telp. 021 480 1514; faks 021 480 0429; website: www.8etos.com. Menurut Jansen Sinamo, jalur semacam ini dipakai untuk mengefektifkan jangkauan buku ini kepada mereka yang paling memerlukannya dan memetik manfaatnya.
Tidak kurang dari delapan tokoh pendidikan di Tanah Air –formal mau pun nonformal—turut memberikan endorsement-nya pada buku ini. Selain Herry B. Priyono yang sudah dikutip di atas, buku ini juga direkomendasikan oleh Prof Yohannes Surya, rektor Universitas Multimedia Nusantara; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, rekto UIN Syarif Hidayatullah; Prof.Dr. Hariadi Supangkat, gurubesar Fisika ITB dan rektor ITB 1980-1988; Kusmayanto Kadiman, rektor ITB 2001-2004 dan Menristek RI 2004-2009; Dumaria R. Tampubolon Ph.D, dosen Matematika ITB; Ayah Eddy, penggagas Program Indonesian Strong from Home dan Andrias Harefa, penulis 37 buku bestseller, pembicara, trainer dan pendiri www.pembelajar.com.
Berikut ini sebagian dari pendapat mereka tentang buku 8 Etos Keguruan
“Menjadi guru adalah panggilan yang mulia. Guru yang baik tidak hanya mampu mengajar tetapi juga memberi inspirasi pada murid-muridnya. Jansen Sinamo, si Mr. Etos, dalam buku ini membahas secara menarik bagaimana etos kerja seorang guru yang mampu memberikan inspirasi bagi muridnya. Inspiratif! Perlu dibaca oleh setiap guru! “
Prof. Yohanes Surya Ph.D
Founder Surya Institute
School of Education/ STKIP Surya
Rektor Universitas Multimedia Nusantara
“Jangan lewatkan! Buku ini sebaiknya dibaca baik oleh guru maupun orangtua sebagai panduan menjadi guru yang professional dan orangtua yang efektif. Ditulis dengan pendekatan filosofis disertai dengan puluhan contoh riil sehingga mudah difahami, buku ini dapat digunakan sebagai vademekum bagi kaum guru khususnya, untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia agar mampu bersaing secara terhormat dalam percaturan dunia.”
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
Pendiri Sekolah Madania
Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
“Jansen Sinamo menawarkan perangkat 8 Etos Keguruan yang dirangkumnya dari sumber yang ekstensif, ditelaah secara mendalam berdasarkan pengalamannya yang luas dalam mengembangkan sumber daya manusia, dan diilhami visi tak terbantahkan bahwa keguruan merupakan unsur hakiki dalam membangun peradaban.
Penulis buku ini meyakini bahwa soal guru adalah induk persoalan pendidikan nasional, dan karenanya penegakan etos keguruan merupakan suatu keniscayaan. Perangkat 8 Etos Keguruan yang dirangkum Jansen Sinamo serta bukunya patut dibaca. Penulisannya gamblang dan jelas serta menangkap ihwal aktual dalam bidang keguruan kita.”
Prof. Dr. Hariadi Soepangkat
Guru Besar Fisika, Rektor ITB 1980-1988
“Guru adalah kata yang berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu gabungan kata ‘gu’ dan ‘ru’ yang berarti kegelapan (darkness) dan terang (light). Guru kemudian kita tafsirkan sebagai penerang kegelapan. Seorang guru membawa kita dari ketidaktahuan menjadi tahu. Ia mengubah kita dari tidak paham menjadi mengerti.
Buku ini ditulis dengan gaya bertutur cerita. Bagi yang mengenal sang penulis, maka membaca buku ini serasa mendengar ia berbagi cerita. Senantiasa ceria bersemangat dengan pancaran sinar mata antusias dan raut muka bernuansa persahabatan. Mulai dari ide sampai pada cerita-cerita terkait untuk membuat kita paham tentang ide yang digagasnya. (….) Tak berlebihan jika ia dinobatkan sebagai Guru Etos baik guru dalam artian luas sebagai teacher ataupun guru dalam perspektif empu.”
Kusmayanto Kadiman
Rektor ITB 2001-2004, Menristek RI 2004-2009
“Membaca judul buku ini, seolah-olah buku ini “hanya” perlu dibaca oleh seorang guru maupun mereka yang bercita-cita menjadi guru. Sesungguhnya buku ini juga perlu dibaca oleh mereka yang duduk di pemerintahan, yang menjadi pengusaha dan politikus, dan masyarakat pada umumnya. Dengan memahami bahwa untuk menjadi seorang guru diperlukan seseorang yang tidak saja cerdas, tetapi juga mampu menerapkan kedelapan etos guru yang dibahas di buku ini, diharapkan suatu bangsa akan sadar betapa pentingnya seseorang yang berkualitas holistik yang mendidik generasi muda bangsa ini.
Salut kepada “Guru Etos Indonesia”, Jansen Sinamo, yang telah menulis buku 8 Etos Keguruan ini, yang saya rekomendasikan sebagai salah satu bacaan yang perlu dibaca oleh mereka yang ingin mengentaskan kemiskinan, yang ingin membangun dan memajukan bangsa.”
Dumaria R. Tampubolon, Ph.D
Dosen Matematika, Institut Teknologi Bandung
“Kalau mau menghasilkan selebriti, undanglah event organizer. Kalau mau mengarbit politisi dadakan, panggillah makelar konsultan politik. Tetapi kalau kita mau mendidik warga negara yang punya watak, pendirian, dan prinsip, tanyakan kepada para guru.
Mengapa para guru jarang kita tanyai? Karena pendidikan di negeri ini sibuk dengan urusan yang bukan pendidikan. Mendidik bukan pertama-tama urusan membuat murid pintar pelajaran matematika atau ekonomi, tetapi urusan kesetiaan menemani murid untuk menghasrati apa yang luhur dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan hidup yang luhur. Pelajaran fisika ataupun geografi, sastra ataupun ekonomi adalah sarana mendidikkan hasrat dan kebiasaan luhur itu.
Kesetiaan mendampingi murid untuk mencapai keluhuran itulah “jalan guru”. Buku ini secara rinci berkisah tentang “jalan guru” itu. Bacalah buku ini, dan Anda akan mengerti mengapa bangsa ini kehilangan keluhuran, dan Anda sekaligus akan memahami bagaimana “jalan guru” dapat menjadi pandu kita ke depan.”
Dr. B. Herry-Priyono
Dosen dan Ketua Program Studi Pascasarjana
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
“Saya sudah membaca lebih dari 500 judul buku yang ditulis oleh pakar-pakar dari mancanegara yang berhubungan dengan pendidikan dan keguruan, namun ternyata tidak mudah untuk bisa menemukan buku yang benar-benar berkualitas. Baru kali ini saya mendapat sebuah buku, yang di tulis oleh seorang putera bangsa yang begitu lengkap dan membumi.
Saya tidak hanya bersyukur bisa memperoleh kesempatan untuk mempelajari dan mendapatkannya, namun pada kesematan ini saya pun sekaligus ingin mendapat izin langsung dari Pak Jansen untuk boleh menggunakan kisah, filosofi, teknik dan semua yang berguna di buku ini untuk saya sharing-kan dengan para guru di seluruh pelosok tanah air tercinta. Mari kita bangun Indonesia yang kuat melalui para guru yang berkualitas!”
Ayah Edy
Penggagas Program Indonesian Strong from Home (disiarkan melalui jaringan Radio Smartfm Jakarta). www.ayahkita.blogspot.com
“Dalam pemahaman saya yang sederhana, Indonesia yang lebih baik bisa diharapkan jika benih-benih cinta makin banyak bermekaran dalam konteks pembelajaran formal, non-formal, maupun informal. Itu sebabnya buku 8 Etos Keguruan ini menempati posisi yang strategis di hati saya.
Sebab, jika dengan membaca buku ini makin banyak orang menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dirinya menjadi guru profesional sebagaimana ramai dicontohkan dalam buku ini, maka setidaknya akan lahir tiga cinta: pertama, kecintaan pada profesi mengajar-belajar agar orang muda menjadi insan-insan yang siap-belajar; kedua, kecintaan belajar itu sendiri (love for learning, agar pembelajar mendapatkan air jernih yang kaya mineral dari gurunya yang terus belajar); dan ketiga, kegemaran untuk berbagi pengetahuan dan ketidaktahuan (love for sharing knowledge and ignorance).
Mereka yang tertarik untuk dan yang sudah terlanjur menekuni profesi keguruan dalam berbagai variannya—dosen, pengajar, pembicara, trainer, fasilitator pembelajaran, dsb—akan mendapat banyak inspirasi dengan menikmati buku ini. Bacalah!”
Andrias Harefa
Penulis 37 Buku Best-seller, termasuk Menjadi Manusia Pembelajar (Kompas, 2000). Pembicara dan Trainer Berpengalaman 20 Tahun. Pendiri www.pembelajar.com
Selamat membaca!