Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Dharma Pendidikan Kompasiana MSN Indonesia Bisnis Indonesia Kompas Republika Tempo Detiknews Media Indonesia Jawa Pos Okezone Yahoo News New York Times Times Forbes
Google Yahoo MSN
Bank Indonesia Bank Mandiri BNI BCA BRI Cimb Niaga BII
Hariyono.org Education Zone Teknologi Informasi Ekonomi Mikro Ekonomi Makro Perekonomian Indonesia KTI-PTK Akuntansi Komputer Media Pend.Askeb Media Bidan Pendidik Materi Umum Kampus # # #
mandikdasmen Depdiknas Kemdiknas BSNP Kamus Bhs Indonesia BSNP # # # # #
Affiliate Marketing Info Biz # # # # # # # # #
Bisnis Online Affilite Blogs Affiliate Program Affiliate Marketing # # # # # # # # #

28 September 2010 | 9:33 AM | 0 Comments

MENUMBUHKAN TECHNOPRENEURSHIP MAHASISWA

MENUMBUHKAN TECHNOPRENEURSHIP MAHASISWA : KOLABORASI KOMPETENSI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

by Kharisma Putra

Dalam peradaban manusia, dari tatanan global hingga tatanan rumah tangga, ekonomi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang keberlangsungan hidup individu di dalamnya. Oleh karena itu, upaya pengembangan perekonomian, yang bertujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, selalu menjadi fokus dalam perencanaan ke depan setiap unit masyarakat dari struktur hierarki terendah hingga yang tertinggi. Secara konseptual, pengembangan perekonomian selalu berkaitan erat dengan ekonomi makro dan keberlakuan sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara. Akan tetapi, pengembangan perekonomian dalam skala nyata pada umumnya berkisar pada ekonomi mikro: sektor informal, industri kecil-menengah, koperasi, dan usaha distribusi. Sektor-sektor tersebut selalu berkorelasi dengan sebuah karakter individual dan komunitas yang secara langsung diperlukan oleh subjek pengembang usaha tersebut, entrepreneurship.

Di sisi lain, kehidupan masyarakat juga memerlukan sebuah instrumen yang dapat memudahkan setiap aktivitasnya. Rekayasa instrumen-instrumen tersebut, yang juga dipergunakan dalam mengeksplorasi sumber daya kebutuhan manusia, membutuhkan suatu pembaharuan dan fleksibilitas agar mampu mengimbangi perubahan keadaan yang begitu cepat. Oleh karena itu, penerapan sains dan pengetahuan sebagai sebuah teknologi nyata merupakan sebuah keniscayaan yang konsekuensional.

Teknologi sebagai Alat

Secara sederhana, teknologi merupakan aplikasi langsung dari ilmu pengetahuan yang kita miliki. Tujuan perekayasaan teknologi ini adalah sebuah alat untuk memudahkan kerja manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Model teknologi

Di era modern, pengembangan teknologi akan sangat berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam kompetisi global. Inovasi teknologi yang kontinu dan tepat guna membutuhkan sebuah penguasaan kompetensi serta otoritas ilmiah dalam implementasi teknologi tersebut. Untuk itulah, diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni sebagai ahli-praktisi dalam masing-masing bidang keilmuan dan aplikasinya. Di sinilah peran universitas dan institusi pendidikan tingkat tinggi.

Universitas dan/atau instusi pendidikan lain memiliki peran dalam menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kepahaman ilmiah dan penguasaan teknis dalam rekayasa teknologi tersebut. Proses pembentukan kompetensi ini harus ditempuh melalui proses pendidikan yang paripurna. Pihak universitas yang bertanggung jawab dalam tatanan kurikuler harus dapat meramu sebuah hidangan kurikulum pendidikan yang lezat dan bergizi. Disamping itu, organisasi kemahasiswaan yang bergerak pada zona co-kurikuler dan ekstrakurikuler juga perlu memberikan dukungan pengembangan untuk  dapat menghasilkan profil mahasiswa yang memiliki kapabilitas yang tinggi (high-capable) dalam bidangnya masing-masing.

Enterpreneurship sebagai Kebutuhan

Kewirausahaan, dalam konteks apapun, selalu berdampingan erat dengan karakter entrepreneurship. Pengembangan usaha yang mandiri membutuhkan jiwa dan semangat entrepreneurship yang juga mumpuni. Entrepreneurship adalah sebuah karakter kombinatif yang merupakan fusi antara sikap kompetitif, visioner, kejujuran, pelayanan, pemberdayaan, pantang menyerah, dan kemandirian. Karakter ini bersatu dan menjadi kebutuhan langsung dalam proses wirausaha. Secara sederhana, entrepreneurship memiliki ciri-ciri swadaya usaha serta mengandung komponen manajemen pemasaran, produksi, dan finansial.Model Entrepreneurship

Entrepreneurship tidak hanya berkaitan dengan pengembangan unit usaha. Dalam bukunya ”Innovation and Entrepreneurship”, Peter F. Drucker menyebutkan bahwa entrepreneur bukan hanya seseorang yang membangun unit bisnis pribadi yang kecil dan baru. Menjadi pegawai korporasi pun kita tetap bisa memiliki jiwa entrepreneurial. Karena, menurut Drucker, entrepreneurship adalah the practice of consistently converting good ideas into profitable commercial ventures. Jadi, inti dari entrepreneurship adalah konsistensi usaha (consistent work), inovasi ide (innovative idea), dan hasil yang menguntungkan (profitable output).

Technopreneurship : Sebuah Kolaborasi Integral

Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai macam rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari usaha tersebut. Pemanfaatan teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan pada jiwa entrepreneur yang mapan akan dapat mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang dikembangkan. Inilah yang disebut technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan. Technopreneurship adalah suatu karakter integral antara kompetensi penerapan teknologi serta spirit membangun usaha. Dari sini, tumbuhlah unit usaha yang teknologis: unit usaha yang memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi, marketisasi, dan lain sebagainya.

Model pengembangan technopreneurship

Menanamkan jiwa entrepreneurship bukan perkara yang mudah, karena ini berhubungan dengan dua hal kompleks yang perlu ditanamkan, yakni kesadaran teknologi, dan semangat entrepreneurship. Dua hal ini memiliki karakteristik yang spesifik dalam masing-masing pengembangannya. Oleh karena itu, untuk membentuk ketiga hal tersebut, penulis membaginya menjadi tiga tahapan:

1. Teknologi

    Seperti yang dijelaskan di awal, teknologi memiliki kebutuhan yang erat dalam penguasaan keilmuan dan penerapannya. Proses ini diperlukan untuk mendapatkan otoritas teknologi yang diakui eksistensinya. Penyaluran keilmuan serta teknis rekayasa ini didapatkan melalui proses pendidikan di universitas. Proses pendidikan hingga memiliki kompetensi yang mumpuni inilah yang disebut authorization. Setelah memiliki kompetensi yang memadai, ilmu dan berbagai macam teori harus bisa dimanfaatkan, baik secara luas maupun sempit. Pemanfaatan ini tidak harus menghasilkan produk nyata, namun dapat berupa konsep dan ide pengembangan dari teori tersebut. Proses ini disebut utilization.

    Berdasarkan sifatnya yang aplikatif, untuk dapat menjadi teknologi, ilmu-ilmu yang dipelajari harus dapat diimplementasikan. Implementasi ini berupa karya nyata yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam usaha keseharian manusia. Proses rekayasa teknologi menjadi produk yang bisa dimanfaatkan secara langsung merupakan tujuan akhir dari pengaplikasian sains dan keilmuan. Tahap ini disebut implementation. Lalu, teknologi yang telah dihasilkan harus dapat dikolaborasikan dengan kebutuhan yang ada, agar tepat guna dan bermanfaat secara luas sekaligus spesifik. Proses ini disebut collaboration.

2. Entrepreneurship

    Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship diperlukan beberapa tahapan, antara lain internalization, paradigm alteration, spirit initiation, dan competition. Internalization adalah tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam usaha. Tahap ini berkutat pada teori tentang kewirausahaan dan pengenalan tentang urgensinya. Setelah itu, paradigm alteration, yang berarti perubahan paradigma umum. Pola pikir pragmatis dan instan harus diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan untuk menstimulus perkembangan perekonomian negara, dan jiwa entrepreneurship berperan penting dalam membangun usaha tersebut. Di tahap ini diberikan sebuah pandangan tentang keuntungan usaha bagi individu maupun masyarakat. Setelah pengetahuan telah terinternalisasi dan paradigma segar telah terbentuk, diperlukan sebuah inisiasi semangat untuk mengkatalisasi gerakan pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini dengan memberikan bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya. Lalu, perlu digelar sebuah medan kompetisi untuk dapat mengembangkan usaha tersebut dengan baik.

3. Technopreneurship

    Setelah memiliki kompetensi teknologi dan jiwa entrepreneurship, hal terakhir yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikannya. Teknologi yang telah dimiliki kita kreasikan dan inovasikan untuk menyokong pengembangan unit usaha. Hal ini dapat dilakukan secara nyata dalam proses produksi (contoh: Microsoft), marketing (contoh: e-Bay), accounting, dan lain sebagainya. Kreativitas dan pemanfaatan teknologi dengan tepat adalah hal utama dalam mengembangkan jiwa technopreneurship.

Sumber : http://gibranhuzaifah.wordpress.com

NB: Jika anda suka artikel ini, silakan share ke teman FACEBOOK anda. Cukup dengan meng-KLIK link ini! Terimakasih.
 
Copyright © 2010 - All right reserved by Education Zone | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by h4r1
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome, flock and opera.