Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Dharma Pendidikan Kompasiana MSN Indonesia Bisnis Indonesia Kompas Republika Tempo Detiknews Media Indonesia Jawa Pos Okezone Yahoo News New York Times Times Forbes
Google Yahoo MSN
Bank Indonesia Bank Mandiri BNI BCA BRI Cimb Niaga BII
Hariyono.org Education Zone Teknologi Informasi Ekonomi Mikro Ekonomi Makro Perekonomian Indonesia KTI-PTK Akuntansi Komputer Media Pend.Askeb Media Bidan Pendidik Materi Umum Kampus # # #
mandikdasmen Depdiknas Kemdiknas BSNP Kamus Bhs Indonesia BSNP # # # # #
Affiliate Marketing Info Biz # # # # # # # # #
Bisnis Online Affilite Blogs Affiliate Program Affiliate Marketing # # # # # # # # #

08 October 2010 | 1:56 AM | 0 Comments

Motivasi Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere“ yang berarti “menggerakkan“. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Sedangkan Imron (1996), menjelaskan motivasi berasal dari kata inggris “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996) motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu” (Cropley, 1985). Hamper senada Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames da Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut.
B. Jenis Dan Sumber Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator akrif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs),
2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),
3. Kebutuhan social (social needs),
4. Kebutuhan ego (esteem needs),
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self_actualization).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hirarkis sehingga seseorang tidak bisa melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.

C. Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977) Bloom (1980), Winer (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) bahwa di antara tiga faktor, yaitu latar belakang keluarga, kondisi/ konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk pretasi belajar. Walberg dkk (1983), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990), menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

D. Model Motivasi ARCS

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983), telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motavasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yakni Attetion (perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan).
Attetion (perhatian), muncul didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
1. Gunakan metode menyampaian yang bervariasi,
2. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran,
3. Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran,
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan, dan,
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa .
Relevance (Relevansi), menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang bisa digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran:
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran,
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari,
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
Confidence (kepercayaan diri), merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akanmeningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil,
2. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus,
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil,
4. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa,
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun,
6. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Satisfaction (kepuasan), keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yakni :
1. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informative, bukan ancaman atau sejenisnya,
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajari,
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil,
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu atandar tertentu, bukan dengan siswa lain.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah :
1. Cita-cita atau aspirasi pembelajar
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
2. Kemampuan pemelajar
Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.
3. Kondisi pemelajar
Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun.
4. Kondisi lingkungan pemelajar
Kondisi lingkungan pemelajar menjadi factor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar.
5. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran
Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.
6. Upaya guru dalam pembelajaran pemelajar

F. Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar

Ali Imron (1996) mengemukakan ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pemelajar. Empat cara tersebut adalah :
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar,
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran,
3. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi,
4. Mengembangkan aspirasi dalam belajar.
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip perbedaan individual antar pembelajar. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan mengupayakan untuk menjauhkan kendala-kendala yang ditemui dalam proses optimalisasi tersebut.
Optimalisasi yang dilakukan adalah optimalisasi unsur dinamis dan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajar. Optimalisasi unsur dinamis dilaksanakan dengan cara perlunya kreativitas dalam menyiapkan alat-alat belajar bersama pemelajar. Sedangkan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Biarkan pemelajar menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya,
2. Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu dan kemampuan si pemelajar,
3. Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki pembelajar,
4. Beri kesempatan pemelajar untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya dalam memotivasibelajar si pemelajar.

G. Pengertian Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya “condition of lerning” (1977) menyatakan “The occurence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. (Edward, 1973). Kondisi belajar berupa keadaan eksternal dan internal yang mempengaruhi belajar.

H. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar

Gange membagi dua kondisi belajar, yaitu : Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
Kondisi eksternal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang mengandung stimulus yang ada di luar diri pembelajar seperti penjadwalan, pengurutan, dan organisasi penyajian (Gagne, 1992), kondisi internal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang sesuai dengan kondisi pikiran pembelajar untuk menangani tugas belajar; dengan kata lain kondisi itu merupakan kemampuan individu pembelajar yang dimiliki sebelumnya (Gagne, 1992).
Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap, perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta masyarakat sekitar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas RI, 2003: 1092), kata strategi mengandung empat pengertian, yaitu:
1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.
3. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
4. Tempat yang baik menurut siasat perang.
Gange (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis atau kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar di bagi atas lima kategori belajar sebagai berikut :
a. Keterampilan intelektual (intellectual skill) : untuk jenis belajar ini kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian reviu.
b. Informasi verbal (verbal information) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang rekonstruksi, balikan.
c. Strategi kognitif (cognitive strategy or problem solving) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.
d. Sikap (attitude) : pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (motor skill) : kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsure motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang tepat.
Kelima macam hasil belajar di atas mempersyaratakan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga dapat dijabarkan strategi belajar mengajar yang sesuai.
Pengklasifikasian strategi belajar mengajar yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bruce dan Marsha Weil, yang terdiri dari empat model mengajar, yaitu model interaksi sosial, pengolahan informasi, personal humanistik, dan modifikasi tingkah laku.

I. Pengertian Masalah Belajar

Karena masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, maka sulit untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan juga belum ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar. Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang, misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda-beda, akhirnya secara umum dapat disimpulkan ada dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan perilaku. Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggap berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli psikologi menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak yang lamban. adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu membaca, menghitung, dan berbahasa. Penyebab masalah adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
2. Faktor otak kurang normal
3. Masalah organisasi berpikir
4. Kekurangan gizi
5. Faktor lingkungan
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan sejak dini
Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2. Pengembangan secara keseluruhan
Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3. Lembaga pendidikan khusus atau umum
Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.
4. Memberikan pelajaran tambahan
Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar.
5. Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka.

J. Masalah-Masalah Belajar Internal Dan Eksternal

Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain : pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan disekitar proses pembelajaran member pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa.
Begitu pula dengan masalah-masalah belajar ada yang bersifat internal dan adapula masalah yang bersifat eksternal.
1. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti :
a. kesehatan
b. rasa aman
c. faktor kemampuan intelektual
d. faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e. motivasi
f. kematangan untuk belajar
g. usia
h. jenis kelamin
i. latar belakang sosial
j. kebiasaan belajar
k. kemampuan mengingat
l. dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan.
Masalah-masalah belajar internal dapat bersifat biologis dan psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.
2. Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti :
a. kebersihan rumah
b. udara yang panas
c. ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d. alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e. lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f. kualitas proses belajar mengajar.
Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal :
 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa. Faktor internal dibedakan menjadi :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang. Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Sehubungan dengan keadaan atau kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi)
• Beberapa penyakit ringan yang diderita.
b. Keadaan fungsi-fungsi yang diderita
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi :
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat ada dua hal yang harus diperhatikan :
• Minat pembawaan
• Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar.
c. Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
d. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Factor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
• Orang Tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua.
• Suasana Rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
• Kemampuan Ekonomi Keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
• Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
b. Lingkungan Guru
• Interaksi Guru dan Murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
• Hubungan Antar Murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.
• Cara Penyajian Bahan Pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat
• Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
• Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Kegiatan Dalam Masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
• Mass Media
Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar.
2. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dapat dibedakan menjadi :
a. Sarana dan Prasarana
• Kurikulum
Sistem instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak.
• Media Pendidikan
Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
• Keadaan Gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.
• Sarana Belajar
Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa.

b. Waktu Belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah.
c. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi.
d. Alam
Dapat berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswapun akan kurang optimal.

K. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar Dan Mengatasinya

Yang dimaksud dengan proses mendiagnosa adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis adalah belajar yang dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada murid.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah :
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasikan yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala. Kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin trampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara :
a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid,
b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat,
c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar :
a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda,
b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda,
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi

Dari banyak pendapat yang ada, kata motivasi tidak lepas dari proses untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai dorongan sehingga terjadi suatu aktifitas-aktifitas yang mengarah atau memungkinkan suatu keberhasilan. Jadi bisa dikatakan bahwa awal dari keberhasilan karena adanya suatu motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor yang muncul langsung dari dalam dirinya serta faktor yang muncul karena pengaruh lingkungan atau keadaan sekitar. Seluruh kegiatan atau aktifitas sangat lekat dengan kata motivasi karena dengan adanya suatu motivasi peluang untuk mempeoleh hasil yang maksimal dalam setiap aktifitas akan terbuka lebar.
Dalam hal tersebut senada dengan pendapat Walker (1971) dimana dalam sebuah bukunya yang diberi judul Conditioning and instrumental learning yang dimana dia mengatakan bahwa “perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberikan hasil yang lebih baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk melakukannya. Dalam pandangannya tersebut harus diikuti dengan proses latihan, karena latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam prestasi
Tapi dalam hal tersebut perubahan-perubahan yang terjadi bukan dari hasil belajar tetapi perubahan tersebut akibat dari pengalaman yang disebabkan oleh motivasi.
Hal tersebut juga berdampak dalam proses pembelajaran dan pengajaran terhadap siswa, suatu aktifitas belajar juga sangat berkaitan erat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk , serta hasil belajar siswa. Ada masanya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktifitas belajar itu sendiri jika dilihat dari pendapat yang ada serta realisasi yang terjadi, menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Ini merupakan suatu kendala serius karena mengingat bahwa keberhasilan suatu pengajaran tergantung dan dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi/dorongan.
Dan mengenai hal itu, motivasi dapat diartikan lagi sebagai suatu usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada peserta didik/ pelajar yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar.
Dalam realitas keseharian kita dalam lingkup dunia pendidikan sering sekali ditemui suatu kesukaran atau kesulitan yang dialami oleh seorang guru untuk memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Realitas yang terjadi bahwa guru juga belum memahami sepenuhnya motif, motif itu sendiri bersifat perseorangan. Tapi dalam kenyataanya menunjukan seringnya dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama tetapi dengan motif yang berbeda, bahkan bertentangan bila ditinjau dari segi nilainya. Selain itu, kendala lain yang terjadi adalah tidak adanya alat, metode, atau teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama. Dan untuk hal ini pula sebagai seorang guru sangatlah penting untuk menyadari fungsi dari motivasi itu sebagai suatu proses.
Karena motivasi dalam pengajaran itu sebagai pemberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga, terus motivasi itu juga dapat memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar, selain itu motivasi juga bisa membentuk memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Untuk menumbuhkan suatu motivasi dalam diri para peserta didik seharusnya atau semestinya seorang guru itu menggunakan cara atau metode mengajar yang bervariasi, sehingga para peserta didik tidak merasa cepat bosan. Selain itu seorang guru juga harus memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, sebisanya menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya. Secara umum biasanya peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi dalam perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua dimana yang pertama bahwa motivasi itu bisa berasal dari dalam individu tanpa ada rangsangan dari luar sedangkan yang kedua motivasi dapat berasal dari luar misalnya saja pemberian pujian, pemberian nilai, sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor dari luar lainya yang memiliki daya dorong motivasional.
Dalam keseharian kita dalam ruang lingkup pendidikan sering sekali kita temukan bahwa seorang peserta didik belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, selain itu ada peserta didik yang belajar supaya mendapat nilai yang baik, naik kelas, mendapat ijzah, dan sebagainya. Tujuan-tujuan itu terletak diluar perbuatan itu yang terkandung dalam perbuatan belajar.

B. Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat memberikan suatu perubahan prilaku pada seseorang apabila ia telah ditempatkan pada situasi tersebut. Dalam perkembanganya serta seiring dengan banyaknya pendapat dan pandangan dari berbagai kalangan, kondisi belajar dapat diposisikan atau ditempatkan menjadi dua yakni kondisi internal yaitu kemampuan yang telah ada dalam diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Serta kondisi eksternal yaitu kondisi atau situasi yang ada diluar diri individu seperti keadaan lingkungan, pergaulan, dan sebagainya. Kondisi belajar yang dari luar juga sangat ditentukan oleh kemampuan belajar yang berbeda-beda sehingga membutuhkan kemampuan dan kondisi belajar sebelumnya yang berbeda.
Dalam setiap proses pasti terjadi suatu kendala atau suatu masalah yang menjadi suatu ganjalan, begitupun dalam kondisi atau suasana belajar, biasanya masalah-masalah yang terjadi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor yang dari luar yang biasa kita sebut sebagai masalah eksternal dan faktor yang disebabkan oleh gangguan dari dalam yang disebut masalah internal. Beberapa hal yang berhubungan dengan masalah eksternal yaitu masalah-masalah yang timbul dari luar diri para peserta didik itu sendiri sehingga menyebabkan ketidakberesan peserta didik itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Dan hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kebersihan rumah misalnya, cuaca yang panas, ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, serta alat-alat pembelajaran yang tidak memadai dan yang paling berbahaya adalah akibat lingkungan sosial yang buruk mulai dari keluarganya hingga pergaulan di lingkungannya.
Kondisi belajar yang menurun biasanya terjadi pada orang-orang yang mementingkan pergaulan dengan lingkungannya dari pada bergaul dengan lingkungan tempat belajarnya, apalagi jika pergaulan tersebut sudah mengarah kepergaulan yang tidak jelas, seorang pelajar yang bergaul dengan anak-anak yang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas atau dengan kata lain anak nakal yang tidak berpendidikan, maka yakin lambat laun si anak tersebut pasti akan mengalami perubahan sifat menjadi lebih buruk dan kemauan untuk belajar pasti berkurang. Selain itu pola interaksi yang diterapkan oleh para pendidik kepada siswanya disebut masalah belajar internal. Dalam hal ini, tidak terlalu mengkhawatirkan karena merupakan faktor yang sering sekali tidak bisa kita hindari misalnya saja, kesehatan, rasa aman, faktor efektif, motivasi, latar belakang sosial, serta kemampuan mengingat dan kemampuan pengindraan seperti, melihat, mendengar, atau merasakan.
Jadi, untuk menghindari terjadinya permasalahan dalam proses pembelajaran harus adanya hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang terjalin harmonis dan saling pengertian.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. Kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere“ yang berarti “menggerakkan“. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Sedangkan Imron (1996), menjelaskan motivasi berasal dari kata inggris “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996) motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu” (Cropley, 1985). Hamper senada Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames da Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut.
B. Jenis Dan Sumber Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator akrif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs),
2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),
3. Kebutuhan social (social needs),
4. Kebutuhan ego (esteem needs),
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self_actualization).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hirarkis sehingga seseorang tidak bisa melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.

C. Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977) Bloom (1980), Winer (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) bahwa di antara tiga faktor, yaitu latar belakang keluarga, kondisi/ konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk pretasi belajar. Walberg dkk (1983), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990), menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

D. Model Motivasi ARCS

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983), telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motavasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yakni Attetion (perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan).
Attetion (perhatian), muncul didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
1. Gunakan metode menyampaian yang bervariasi,
2. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran,
3. Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran,
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan, dan,
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa .
Relevance (Relevansi), menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang bisa digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran:
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran,
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari,
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
Confidence (kepercayaan diri), merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akanmeningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil,
2. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus,
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil,
4. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa,
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun,
6. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Satisfaction (kepuasan), keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yakni :
1. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informative, bukan ancaman atau sejenisnya,
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajari,
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil,
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu atandar tertentu, bukan dengan siswa lain.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah :
1. Cita-cita atau aspirasi pembelajar
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
2. Kemampuan pemelajar
Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.
3. Kondisi pemelajar
Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun.
4. Kondisi lingkungan pemelajar
Kondisi lingkungan pemelajar menjadi factor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar.
5. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran
Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.
6. Upaya guru dalam pembelajaran pemelajar

F. Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar

Ali Imron (1996) mengemukakan ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pemelajar. Empat cara tersebut adalah :
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar,
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran,
3. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi,
4. Mengembangkan aspirasi dalam belajar.
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip perbedaan individual antar pembelajar. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan mengupayakan untuk menjauhkan kendala-kendala yang ditemui dalam proses optimalisasi tersebut.
Optimalisasi yang dilakukan adalah optimalisasi unsur dinamis dan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajar. Optimalisasi unsur dinamis dilaksanakan dengan cara perlunya kreativitas dalam menyiapkan alat-alat belajar bersama pemelajar. Sedangkan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Biarkan pemelajar menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya,
2. Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu dan kemampuan si pemelajar,
3. Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki pembelajar,
4. Beri kesempatan pemelajar untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya dalam memotivasibelajar si pemelajar.

G. Pengertian Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya “condition of lerning” (1977) menyatakan “The occurence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. (Edward, 1973). Kondisi belajar berupa keadaan eksternal dan internal yang mempengaruhi belajar.

H. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar

Gange membagi dua kondisi belajar, yaitu : Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
Kondisi eksternal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang mengandung stimulus yang ada di luar diri pembelajar seperti penjadwalan, pengurutan, dan organisasi penyajian (Gagne, 1992), kondisi internal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang sesuai dengan kondisi pikiran pembelajar untuk menangani tugas belajar; dengan kata lain kondisi itu merupakan kemampuan individu pembelajar yang dimiliki sebelumnya (Gagne, 1992).
Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap, perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta masyarakat sekitar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas RI, 2003: 1092), kata strategi mengandung empat pengertian, yaitu:
1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.
3. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
4. Tempat yang baik menurut siasat perang.
Gange (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis atau kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar di bagi atas lima kategori belajar sebagai berikut :
a. Keterampilan intelektual (intellectual skill) : untuk jenis belajar ini kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian reviu.
b. Informasi verbal (verbal information) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang rekonstruksi, balikan.
c. Strategi kognitif (cognitive strategy or problem solving) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.
d. Sikap (attitude) : pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (motor skill) : kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsure motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang tepat.
Kelima macam hasil belajar di atas mempersyaratakan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga dapat dijabarkan strategi belajar mengajar yang sesuai.
Pengklasifikasian strategi belajar mengajar yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bruce dan Marsha Weil, yang terdiri dari empat model mengajar, yaitu model interaksi sosial, pengolahan informasi, personal humanistik, dan modifikasi tingkah laku.

I. Pengertian Masalah Belajar

Karena masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, maka sulit untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan juga belum ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar. Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang, misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda-beda, akhirnya secara umum dapat disimpulkan ada dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan perilaku. Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggap berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli psikologi menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak yang lamban. adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu membaca, menghitung, dan berbahasa. Penyebab masalah adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
2. Faktor otak kurang normal
3. Masalah organisasi berpikir
4. Kekurangan gizi
5. Faktor lingkungan
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan sejak dini
Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2. Pengembangan secara keseluruhan
Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3. Lembaga pendidikan khusus atau umum
Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.
4. Memberikan pelajaran tambahan
Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar.
5. Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka.

J. Masalah-Masalah Belajar Internal Dan Eksternal

Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain : pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan disekitar proses pembelajaran member pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa.
Begitu pula dengan masalah-masalah belajar ada yang bersifat internal dan adapula masalah yang bersifat eksternal.
1. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti :
a. kesehatan
b. rasa aman
c. faktor kemampuan intelektual
d. faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e. motivasi
f. kematangan untuk belajar
g. usia
h. jenis kelamin
i. latar belakang sosial
j. kebiasaan belajar
k. kemampuan mengingat
l. dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan.
Masalah-masalah belajar internal dapat bersifat biologis dan psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.
2. Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti :
a. kebersihan rumah
b. udara yang panas
c. ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d. alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e. lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f. kualitas proses belajar mengajar.
Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal :
 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa. Faktor internal dibedakan menjadi :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang. Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Sehubungan dengan keadaan atau kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi)
• Beberapa penyakit ringan yang diderita.
b. Keadaan fungsi-fungsi yang diderita
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi :
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat ada dua hal yang harus diperhatikan :
• Minat pembawaan
• Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar.
c. Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
d. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Factor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
• Orang Tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua.
• Suasana Rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
• Kemampuan Ekonomi Keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
• Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
b. Lingkungan Guru
• Interaksi Guru dan Murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
• Hubungan Antar Murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.
• Cara Penyajian Bahan Pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat
• Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
• Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Kegiatan Dalam Masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
• Mass Media
Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar.
2. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dapat dibedakan menjadi :
a. Sarana dan Prasarana
• Kurikulum
Sistem instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak.
• Media Pendidikan
Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
• Keadaan Gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.
• Sarana Belajar
Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa.

b. Waktu Belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah.
c. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi.
d. Alam
Dapat berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswapun akan kurang optimal.

K. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar Dan Mengatasinya

Yang dimaksud dengan proses mendiagnosa adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis adalah belajar yang dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada murid.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah :
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasikan yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala. Kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin trampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara :
a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid,
b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat,
c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar :
a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda,
b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda,
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi

Dari banyak pendapat yang ada, kata motivasi tidak lepas dari proses untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai dorongan sehingga terjadi suatu aktifitas-aktifitas yang mengarah atau memungkinkan suatu keberhasilan. Jadi bisa dikatakan bahwa awal dari keberhasilan karena adanya suatu motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor yang muncul langsung dari dalam dirinya serta faktor yang muncul karena pengaruh lingkungan atau keadaan sekitar. Seluruh kegiatan atau aktifitas sangat lekat dengan kata motivasi karena dengan adanya suatu motivasi peluang untuk mempeoleh hasil yang maksimal dalam setiap aktifitas akan terbuka lebar.
Dalam hal tersebut senada dengan pendapat Walker (1971) dimana dalam sebuah bukunya yang diberi judul Conditioning and instrumental learning yang dimana dia mengatakan bahwa “perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberikan hasil yang lebih baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk melakukannya. Dalam pandangannya tersebut harus diikuti dengan proses latihan, karena latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam prestasi
Tapi dalam hal tersebut perubahan-perubahan yang terjadi bukan dari hasil belajar tetapi perubahan tersebut akibat dari pengalaman yang disebabkan oleh motivasi.
Hal tersebut juga berdampak dalam proses pembelajaran dan pengajaran terhadap siswa, suatu aktifitas belajar juga sangat berkaitan erat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk , serta hasil belajar siswa. Ada masanya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktifitas belajar itu sendiri jika dilihat dari pendapat yang ada serta realisasi yang terjadi, menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Ini merupakan suatu kendala serius karena mengingat bahwa keberhasilan suatu pengajaran tergantung dan dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi/dorongan.
Dan mengenai hal itu, motivasi dapat diartikan lagi sebagai suatu usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada peserta didik/ pelajar yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar.
Dalam realitas keseharian kita dalam lingkup dunia pendidikan sering sekali ditemui suatu kesukaran atau kesulitan yang dialami oleh seorang guru untuk memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Realitas yang terjadi bahwa guru juga belum memahami sepenuhnya motif, motif itu sendiri bersifat perseorangan. Tapi dalam kenyataanya menunjukan seringnya dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama tetapi dengan motif yang berbeda, bahkan bertentangan bila ditinjau dari segi nilainya. Selain itu, kendala lain yang terjadi adalah tidak adanya alat, metode, atau teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama. Dan untuk hal ini pula sebagai seorang guru sangatlah penting untuk menyadari fungsi dari motivasi itu sebagai suatu proses.
Karena motivasi dalam pengajaran itu sebagai pemberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga, terus motivasi itu juga dapat memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar, selain itu motivasi juga bisa membentuk memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Untuk menumbuhkan suatu motivasi dalam diri para peserta didik seharusnya atau semestinya seorang guru itu menggunakan cara atau metode mengajar yang bervariasi, sehingga para peserta didik tidak merasa cepat bosan. Selain itu seorang guru juga harus memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, sebisanya menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya. Secara umum biasanya peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi dalam perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua dimana yang pertama bahwa motivasi itu bisa berasal dari dalam individu tanpa ada rangsangan dari luar sedangkan yang kedua motivasi dapat berasal dari luar misalnya saja pemberian pujian, pemberian nilai, sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor dari luar lainya yang memiliki daya dorong motivasional.
Dalam keseharian kita dalam ruang lingkup pendidikan sering sekali kita temukan bahwa seorang peserta didik belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, selain itu ada peserta didik yang belajar supaya mendapat nilai yang baik, naik kelas, mendapat ijzah, dan sebagainya. Tujuan-tujuan itu terletak diluar perbuatan itu yang terkandung dalam perbuatan belajar.

B. Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat memberikan suatu perubahan prilaku pada seseorang apabila ia telah ditempatkan pada situasi tersebut. Dalam perkembanganya serta seiring dengan banyaknya pendapat dan pandangan dari berbagai kalangan, kondisi belajar dapat diposisikan atau ditempatkan menjadi dua yakni kondisi internal yaitu kemampuan yang telah ada dalam diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Serta kondisi eksternal yaitu kondisi atau situasi yang ada diluar diri individu seperti keadaan lingkungan, pergaulan, dan sebagainya. Kondisi belajar yang dari luar juga sangat ditentukan oleh kemampuan belajar yang berbeda-beda sehingga membutuhkan kemampuan dan kondisi belajar sebelumnya yang berbeda.
Dalam setiap proses pasti terjadi suatu kendala atau suatu masalah yang menjadi suatu ganjalan, begitupun dalam kondisi atau suasana belajar, biasanya masalah-masalah yang terjadi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor yang dari luar yang biasa kita sebut sebagai masalah eksternal dan faktor yang disebabkan oleh gangguan dari dalam yang disebut masalah internal. Beberapa hal yang berhubungan dengan masalah eksternal yaitu masalah-masalah yang timbul dari luar diri para peserta didik itu sendiri sehingga menyebabkan ketidakberesan peserta didik itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Dan hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kebersihan rumah misalnya, cuaca yang panas, ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, serta alat-alat pembelajaran yang tidak memadai dan yang paling berbahaya adalah akibat lingkungan sosial yang buruk mulai dari keluarganya hingga pergaulan di lingkungannya.
Kondisi belajar yang menurun biasanya terjadi pada orang-orang yang mementingkan pergaulan dengan lingkungannya dari pada bergaul dengan lingkungan tempat belajarnya, apalagi jika pergaulan tersebut sudah mengarah kepergaulan yang tidak jelas, seorang pelajar yang bergaul dengan anak-anak yang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas atau dengan kata lain anak nakal yang tidak berpendidikan, maka yakin lambat laun si anak tersebut pasti akan mengalami perubahan sifat menjadi lebih buruk dan kemauan untuk belajar pasti berkurang. Selain itu pola interaksi yang diterapkan oleh para pendidik kepada siswanya disebut masalah belajar internal. Dalam hal ini, tidak terlalu mengkhawatirkan karena merupakan faktor yang sering sekali tidak bisa kita hindari misalnya saja, kesehatan, rasa aman, faktor efektif, motivasi, latar belakang sosial, serta kemampuan mengingat dan kemampuan pengindraan seperti, melihat, mendengar, atau merasakan.
Jadi, untuk menghindari terjadinya permasalahan dalam proses pembelajaran harus adanya hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang terjalin harmonis dan saling pengertian.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. Kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere“ yang berarti “menggerakkan“. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Sedangkan Imron (1996), menjelaskan motivasi berasal dari kata inggris “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996) motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu” (Cropley, 1985). Hamper senada Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames da Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut.
B. Jenis Dan Sumber Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator akrif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs),
2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),
3. Kebutuhan social (social needs),
4. Kebutuhan ego (esteem needs),
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self_actualization).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hirarkis sehingga seseorang tidak bisa melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.

C. Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977) Bloom (1980), Winer (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) bahwa di antara tiga faktor, yaitu latar belakang keluarga, kondisi/ konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk pretasi belajar. Walberg dkk (1983), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990), menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

D. Model Motivasi ARCS

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983), telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motavasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yakni Attetion (perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan).
Attetion (perhatian), muncul didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
1. Gunakan metode menyampaian yang bervariasi,
2. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran,
3. Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran,
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan, dan,
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa .
Relevance (Relevansi), menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang bisa digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran:
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran,
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari,
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
Confidence (kepercayaan diri), merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akanmeningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil,
2. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus,
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil,
4. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa,
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun,
6. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Satisfaction (kepuasan), keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yakni :
1. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informative, bukan ancaman atau sejenisnya,
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajari,
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil,
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu atandar tertentu, bukan dengan siswa lain.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah :
1. Cita-cita atau aspirasi pembelajar
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
2. Kemampuan pemelajar
Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.
3. Kondisi pemelajar
Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun.
4. Kondisi lingkungan pemelajar
Kondisi lingkungan pemelajar menjadi factor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar.
5. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran
Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.
6. Upaya guru dalam pembelajaran pemelajar

F. Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar

Ali Imron (1996) mengemukakan ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pemelajar. Empat cara tersebut adalah :
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar,
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran,
3. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi,
4. Mengembangkan aspirasi dalam belajar.
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip perbedaan individual antar pembelajar. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan mengupayakan untuk menjauhkan kendala-kendala yang ditemui dalam proses optimalisasi tersebut.
Optimalisasi yang dilakukan adalah optimalisasi unsur dinamis dan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajar. Optimalisasi unsur dinamis dilaksanakan dengan cara perlunya kreativitas dalam menyiapkan alat-alat belajar bersama pemelajar. Sedangkan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Biarkan pemelajar menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya,
2. Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu dan kemampuan si pemelajar,
3. Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki pembelajar,
4. Beri kesempatan pemelajar untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya dalam memotivasibelajar si pemelajar.

G. Pengertian Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya “condition of lerning” (1977) menyatakan “The occurence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. (Edward, 1973). Kondisi belajar berupa keadaan eksternal dan internal yang mempengaruhi belajar.

H. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar

Gange membagi dua kondisi belajar, yaitu : Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
Kondisi eksternal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang mengandung stimulus yang ada di luar diri pembelajar seperti penjadwalan, pengurutan, dan organisasi penyajian (Gagne, 1992), kondisi internal adalah peristiwa khusus dan unik yang memungkinkan belajar (Gagne, 1985), khususnya peristiwa yang sesuai dengan kondisi pikiran pembelajar untuk menangani tugas belajar; dengan kata lain kondisi itu merupakan kemampuan individu pembelajar yang dimiliki sebelumnya (Gagne, 1992).
Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap, perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta masyarakat sekitar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas RI, 2003: 1092), kata strategi mengandung empat pengertian, yaitu:
1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.
3. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
4. Tempat yang baik menurut siasat perang.
Gange (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis atau kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar di bagi atas lima kategori belajar sebagai berikut :
a. Keterampilan intelektual (intellectual skill) : untuk jenis belajar ini kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian reviu.
b. Informasi verbal (verbal information) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang rekonstruksi, balikan.
c. Strategi kognitif (cognitive strategy or problem solving) : untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.
d. Sikap (attitude) : pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (motor skill) : kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsure motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang tepat.
Kelima macam hasil belajar di atas mempersyaratakan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga dapat dijabarkan strategi belajar mengajar yang sesuai.
Pengklasifikasian strategi belajar mengajar yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bruce dan Marsha Weil, yang terdiri dari empat model mengajar, yaitu model interaksi sosial, pengolahan informasi, personal humanistik, dan modifikasi tingkah laku.

I. Pengertian Masalah Belajar

Karena masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, maka sulit untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan juga belum ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar. Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang, misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda-beda, akhirnya secara umum dapat disimpulkan ada dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan perilaku. Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggap berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli psikologi menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak yang lamban. adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu membaca, menghitung, dan berbahasa. Penyebab masalah adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
2. Faktor otak kurang normal
3. Masalah organisasi berpikir
4. Kekurangan gizi
5. Faktor lingkungan
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan sejak dini
Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2. Pengembangan secara keseluruhan
Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3. Lembaga pendidikan khusus atau umum
Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.
4. Memberikan pelajaran tambahan
Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar.
5. Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka.

J. Masalah-Masalah Belajar Internal Dan Eksternal

Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain : pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan disekitar proses pembelajaran member pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa.
Begitu pula dengan masalah-masalah belajar ada yang bersifat internal dan adapula masalah yang bersifat eksternal.
1. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti :
a. kesehatan
b. rasa aman
c. faktor kemampuan intelektual
d. faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e. motivasi
f. kematangan untuk belajar
g. usia
h. jenis kelamin
i. latar belakang sosial
j. kebiasaan belajar
k. kemampuan mengingat
l. dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan.
Masalah-masalah belajar internal dapat bersifat biologis dan psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.
2. Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti :
a. kebersihan rumah
b. udara yang panas
c. ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d. alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e. lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f. kualitas proses belajar mengajar.
Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal :
 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa. Faktor internal dibedakan menjadi :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang. Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Sehubungan dengan keadaan atau kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi)
• Beberapa penyakit ringan yang diderita.
b. Keadaan fungsi-fungsi yang diderita
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi :
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat ada dua hal yang harus diperhatikan :
• Minat pembawaan
• Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar.
c. Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
d. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Factor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
• Orang Tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua.
• Suasana Rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
• Kemampuan Ekonomi Keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
• Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
b. Lingkungan Guru
• Interaksi Guru dan Murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
• Hubungan Antar Murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.
• Cara Penyajian Bahan Pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat
• Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
• Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Kegiatan Dalam Masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
• Mass Media
Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar.
2. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dapat dibedakan menjadi :
a. Sarana dan Prasarana
• Kurikulum
Sistem instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak.
• Media Pendidikan
Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
• Keadaan Gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.
• Sarana Belajar
Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa.

b. Waktu Belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah.
c. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi.
d. Alam
Dapat berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswapun akan kurang optimal.

K. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar Dan Mengatasinya

Yang dimaksud dengan proses mendiagnosa adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis adalah belajar yang dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada murid.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah :
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasikan yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala. Kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin trampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara :
a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid,
b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat,
c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar :
a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda,
b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda,
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi

Dari banyak pendapat yang ada, kata motivasi tidak lepas dari proses untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai dorongan sehingga terjadi suatu aktifitas-aktifitas yang mengarah atau memungkinkan suatu keberhasilan. Jadi bisa dikatakan bahwa awal dari keberhasilan karena adanya suatu motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor yang muncul langsung dari dalam dirinya serta faktor yang muncul karena pengaruh lingkungan atau keadaan sekitar. Seluruh kegiatan atau aktifitas sangat lekat dengan kata motivasi karena dengan adanya suatu motivasi peluang untuk mempeoleh hasil yang maksimal dalam setiap aktifitas akan terbuka lebar.
Dalam hal tersebut senada dengan pendapat Walker (1971) dimana dalam sebuah bukunya yang diberi judul Conditioning and instrumental learning yang dimana dia mengatakan bahwa “perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberikan hasil yang lebih baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk melakukannya. Dalam pandangannya tersebut harus diikuti dengan proses latihan, karena latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam prestasi
Tapi dalam hal tersebut perubahan-perubahan yang terjadi bukan dari hasil belajar tetapi perubahan tersebut akibat dari pengalaman yang disebabkan oleh motivasi.
Hal tersebut juga berdampak dalam proses pembelajaran dan pengajaran terhadap siswa, suatu aktifitas belajar juga sangat berkaitan erat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk , serta hasil belajar siswa. Ada masanya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktifitas belajar itu sendiri jika dilihat dari pendapat yang ada serta realisasi yang terjadi, menjadi jelaslah bahwa salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Ini merupakan suatu kendala serius karena mengingat bahwa keberhasilan suatu pengajaran tergantung dan dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi/dorongan.
Dan mengenai hal itu, motivasi dapat diartikan lagi sebagai suatu usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada peserta didik/ pelajar yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar.
Dalam realitas keseharian kita dalam lingkup dunia pendidikan sering sekali ditemui suatu kesukaran atau kesulitan yang dialami oleh seorang guru untuk memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Realitas yang terjadi bahwa guru juga belum memahami sepenuhnya motif, motif itu sendiri bersifat perseorangan. Tapi dalam kenyataanya menunjukan seringnya dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama tetapi dengan motif yang berbeda, bahkan bertentangan bila ditinjau dari segi nilainya. Selain itu, kendala lain yang terjadi adalah tidak adanya alat, metode, atau teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama. Dan untuk hal ini pula sebagai seorang guru sangatlah penting untuk menyadari fungsi dari motivasi itu sebagai suatu proses.
Karena motivasi dalam pengajaran itu sebagai pemberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga, terus motivasi itu juga dapat memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar, selain itu motivasi juga bisa membentuk memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Untuk menumbuhkan suatu motivasi dalam diri para peserta didik seharusnya atau semestinya seorang guru itu menggunakan cara atau metode mengajar yang bervariasi, sehingga para peserta didik tidak merasa cepat bosan. Selain itu seorang guru juga harus memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, sebisanya menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya. Secara umum biasanya peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi dalam perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua dimana yang pertama bahwa motivasi itu bisa berasal dari dalam individu tanpa ada rangsangan dari luar sedangkan yang kedua motivasi dapat berasal dari luar misalnya saja pemberian pujian, pemberian nilai, sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor dari luar lainya yang memiliki daya dorong motivasional.
Dalam keseharian kita dalam ruang lingkup pendidikan sering sekali kita temukan bahwa seorang peserta didik belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, selain itu ada peserta didik yang belajar supaya mendapat nilai yang baik, naik kelas, mendapat ijzah, dan sebagainya. Tujuan-tujuan itu terletak diluar perbuatan itu yang terkandung dalam perbuatan belajar.

B. Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat memberikan suatu perubahan prilaku pada seseorang apabila ia telah ditempatkan pada situasi tersebut. Dalam perkembanganya serta seiring dengan banyaknya pendapat dan pandangan dari berbagai kalangan, kondisi belajar dapat diposisikan atau ditempatkan menjadi dua yakni kondisi internal yaitu kemampuan yang telah ada dalam diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Serta kondisi eksternal yaitu kondisi atau situasi yang ada diluar diri individu seperti keadaan lingkungan, pergaulan, dan sebagainya. Kondisi belajar yang dari luar juga sangat ditentukan oleh kemampuan belajar yang berbeda-beda sehingga membutuhkan kemampuan dan kondisi belajar sebelumnya yang berbeda.
Dalam setiap proses pasti terjadi suatu kendala atau suatu masalah yang menjadi suatu ganjalan, begitupun dalam kondisi atau suasana belajar, biasanya masalah-masalah yang terjadi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor yang dari luar yang biasa kita sebut sebagai masalah eksternal dan faktor yang disebabkan oleh gangguan dari dalam yang disebut masalah internal. Beberapa hal yang berhubungan dengan masalah eksternal yaitu masalah-masalah yang timbul dari luar diri para peserta didik itu sendiri sehingga menyebabkan ketidakberesan peserta didik itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Dan hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kebersihan rumah misalnya, cuaca yang panas, ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, serta alat-alat pembelajaran yang tidak memadai dan yang paling berbahaya adalah akibat lingkungan sosial yang buruk mulai dari keluarganya hingga pergaulan di lingkungannya.
Kondisi belajar yang menurun biasanya terjadi pada orang-orang yang mementingkan pergaulan dengan lingkungannya dari pada bergaul dengan lingkungan tempat belajarnya, apalagi jika pergaulan tersebut sudah mengarah kepergaulan yang tidak jelas, seorang pelajar yang bergaul dengan anak-anak yang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas atau dengan kata lain anak nakal yang tidak berpendidikan, maka yakin lambat laun si anak tersebut pasti akan mengalami perubahan sifat menjadi lebih buruk dan kemauan untuk belajar pasti berkurang. Selain itu pola interaksi yang diterapkan oleh para pendidik kepada siswanya disebut masalah belajar internal. Dalam hal ini, tidak terlalu mengkhawatirkan karena merupakan faktor yang sering sekali tidak bisa kita hindari misalnya saja, kesehatan, rasa aman, faktor efektif, motivasi, latar belakang sosial, serta kemampuan mengingat dan kemampuan pengindraan seperti, melihat, mendengar, atau merasakan.
Jadi, untuk menghindari terjadinya permasalahan dalam proses pembelajaran harus adanya hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang terjalin harmonis dan saling pengertian.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. Kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.

 

sumber : http://joegolan.wordpress.com/

NB: Jika anda suka artikel ini, silakan share ke teman FACEBOOK anda. Cukup dengan meng-KLIK link ini! Terimakasih.
 
Copyright © 2010 - All right reserved by Education Zone | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by h4r1
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome, flock and opera.